Desember 14, 2008

Ilmuwan Inggris: Anak Terlahir Sudah Mengimani Tuhan

Thursday, 11 December 2008 08:41

Penelitian ilmiah Dr. Justin Barrett menunjukkan bahwa mengimani
Tuhan merupakan tabiat bawaan anak sejak lahir

Hidayatullah. com-- Pernyataan bahwa keyakinan kepada Tuhan dalam
kepribadian anak adalah hasil indoktrinasi semata dibantah oleh Dr.
Justin Barrett, peneliti ahli di Centre for Anthropology and Mind,
University of Oxford, Inggris. Hasil penelitian ilmiahnya bertahun-
tahun menunjukkan bahwa mengimani Tuhan merupakan tabiat bawaan anak
sejak lahir. Temuan ini sekaligus membantah pandangan kaum Ateis.

Laporan ini diliput Martin Beckford di media kondang Inggris,
Telegraph, 24 November 2008 dengan judul "Children are born believers
in God, academic claims" (Anak terlahir mengimani Tuhan, kata
akademisi). Menurut Dr. Barrett, manusia berusia muda menganggap
bahwa setiap sesuatu di dunia diciptakan dengan sebuah tujuan. Ini
menjadikan mereka memiliki kecenderungan meyakini keberadaan Dzat
Mahatinggi.

Anak-anak yang masih belia telah memiliki keimanan kepada Tuhan
bahkan meskipun mereka belum diajarkan tentang hal itu oleh keluarga
mereka atau oleh guru mereka di sekolah. Mereka yang dibesarkan
sendirian di pulau tak berpenghuni sekalipun akan menjadi beriman
kepada Tuhan, kata Dr. Barrett yang juga tercatat namanya di
Institute for Cognitive and Evolutionary Anthropology, Oxford
University, Inggris.

Bukti ilmiah berlimpah

Sebagaimana disiarkan BBC Radio 4 tanggal 24 November lalu, pendapat
Dr. Barrett ini menyanggah pandangan sebagian kalangan ateis.
Kalangan yang mengingkari Pencipta itu berpendapat bahwa keyakinan
agama didapatkan anak melalui indoktrinasi dalam keluarga.

Hal ini telah dibantah ilmu pengetahuan modern. Menurut Dr. Barrett,
bukti-bukti ilmiah selama kurang lebih 10 tahun terakhir lebih kuat
menunjukkan bahwa lebih banyak faktor tampak mempengaruhi
perkembangan alamiah pola pikir anak. Ini di luar dugaan semula.

Di antara faktor ini adalah kecenderungan melihat dunia alamiah
sebagai sesuatu yang memang telah dirancang dan punya tujuan, dan
bahwa suatu wujud cerdas ada di balik tujuan itu, kata Dr. Barrett.

Dr. Barrett memiliki bukti-bukti hasil temuan ilmiah di bidang
psikologi yang melibatkan anak-anak. Menurutnya, kumpulan bukti ini
menunjukkan anak-anak memperlihatkan keyakinan naluriah bahwa hampir
segala sesuatu telah sengaja dirancang untuk suatu tujuan tertentu.

Di antara bukti ilmiah yang mendukung adalah percobaan pada bayi-bayi
berusia 12 bulan. Perilaku keterkejutan teramati pada bayi-bayi itu
saat diperlihatkan film di mana sebuah bola gelinding tampak tiba-
tiba saja mencipta sebuah tatanan teratur rapi dari tumpukan acak.

Dalam kajian ilmiah lain, anak-anak usia 6 dan 7 tahun ditanya
mengapa burung pertama ada di dunia ini. Mereka menjawab "untuk
membuat musik yang indah" dan "karena hal itu menjadikan dunia tampak
indah ".

Dr. Barrett memaparkan fakta tambahan mengenai penelitian tersebut.
Ada bukti bahwa anak-anak yang usianya belum melebihi 4 tahun
sekalipun telah paham bahwa meskipun sejumlah benda dibuat oleh
manusia, namun dunia alamiah sungguhlah berbeda.

Ateis merasa terganggu

Bisa ditebak, kalangan intelektual ateis sangatlah terganggu dengan
temuan ini. Di antaranya adalah Anthony Grayling, Profesor Filsafat
di Birkbeck College, University of London, Inggris. Di koran
Guardian, 28 November 2008, ia menuliskan sanggahannya terhadap
pernyataan-pernyata an Dr. Barrett tersebut.

Namun sanggahan tersebut lebih banyak berisi kecaman terhadap
organisasi pemberi dana penelitian Dr. Barrett, yakni Templeton
Foundation. Sanggahan semacam ini tentu saja tidak ilmiah dan tidak
bisa sama sekali digunakan untuk menyanggah hasil penelitian ilmiah.

Misalnya, adalah hal wajar dan biasa di dunia ilmiah bahwa perusahaan
farmasi mendanai kajian ilmiah mengenai obat-obatan, lembaga
pertahanan mengucurkan dana penelitian tentang teknologi
persenjataan, dsb. Namun untuk mengatakan bahwa hasil penelitian
ilmiah itu keliru karena didanai oleh lembaga-lembaga tertentu
sangatlah tidak ilmiah. Menyanggah suatu hasil kajian ilmiah haruslah
dengan kajian ilmiah pula.

Evolusi tidaklah alamiah

Dalam bukunya "Why Would Anyone Believe in God?" (Mengapa Orang
Percaya Tuhan?) Dr. Justin Barrett memberikan jawaban sederhana atas
pertanyaan yang menjadi judul bukunya tersebut: itu karena pola pikir
kita sudah dirancang demikian. Penulis memaparkan hal ini disertai
bukti berlimpah dari bidang ilmu kognitif (cognitive science), yakni
ilmu yang mempelajari perihal pola pikir dan kecerdasan.

Di samping itu, pakar antropologi telah menemukan bahwa di sejumlah
masyarakat tertentu anak-anak mengimani Tuhan bahkan ketika ajaran-
ajaran mengenai agama tidak diberikan kepada mereka, kata Dr. Barrett.

Hasil kajian ini berarti bahwa anak-anak lebih cenderung percaya
mengenai penciptaan daripada evolusi, terlepas apa yang dikatakan
para guru atau orang tua mereka. "Pola pikir yang mengalami
perkembangan secara wajar dan alamiah pada diri anak-anak menjadikan
mereka lebih mudah meyakini penciptaan ilahiah dan perancangan
cerdas. Sebaliknya, evolusi tidaklah alamiah bagi nalar manusia;
relatif sulit untuk dipercaya", imbuh Dr. Barrett.

Teor evolusi menolak keberadaan Pencipta, penciptaan dan adanya
perancangan sengaja di balik keberadaan alam semesta dan kehidupan
ini. Dalam kacamata teori evolusi, dunia seisinya adalah mutlak
bersifat materi semata. Keberadaannya bukan karena ada Tuhan yang
menciptakan, namun muncul menjadi ada dengan sendirinya, tanpa tujuan
dan tanpa makna keberadaan. [wwn/telegraph/ guardian/ bbc-
radio4/www.hidayatu llah.com]

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com